Jumat, 06 Maret 2009
Mari Beriman Sesaat
Saudaraku, tanpa terasa kita semakin jauh berlayar mengarungi samudra kehidupan bersama ‘perahu’ dakwah ini. Perjalanan yang melelahkan. Melelahkan fisik kita, melelahkan jiwa-jiwa kita dengan goncangan-goncangan ombak yang kadang mempermainkan kita di tengah samudra hidup yang luas ini. Kadang kecipak-kecipak kecilnya menghantam tepian perahu kita. Banyak yang telah kita lalui dan banyak yang telah kita raih. Namun, masih banyak pelabuhan-pelabuhan yang belum sempat kita singgahi. Banyak yang masih kita keluhkan ; ombak yang menghambat laju perahu, suara bising mesin yang memekakkan telinga dan masih banyak lagi. Di lain sisi, tidak sedikit pelabuhan-pelabuhan yang kita lewatkan begitu saja, banyak pemandangan indah yang tidak sempat kita potret, dan masih banyak lagi yang belum sempat kita lakukan.
Saudaraku, dakwah ini adalah sebuah proyek besar. Sebuah proyek Ilahiyah yang kita usung. Butuh energi lebih untuk dapat menunaikan misi ini. Tentulah ini bukan pekerjaaan ringan yang sangat melelahkan, membutuhkan waktu yang panjang, yang melampaui umur-umur individu maupun umur generasi.
Maka marilah kita berhenti sejenak. Melepaskan semua rasa lelah itu. Menajamkan kembali mata hati kita yang aus terkikis selama perjalanan ini. Untuk menyiapkan semangat dan ruh baru kita. Untuk membuka kembali peta perjalanan 'perahu’ kita ini dalam bilik-bilik peristerahatan yang bisa menjadi oase penyegar kita. Kita butuh itu, karena kadangkala jiwa-jiwa kita kalah oleh keadaan. Dan kita menyebutnya majelis iman. Majelis tempat kita memperbarui keimanan kita, men-charge ruhiyah kita dengan tadzkirah dan tausyiah penyegar. Majelis para sahabat-sahabat yang telah mengukir sejarah Islam dengan tinta dan darahnya. Mari bersama kita perbarui kualitas keimanan kita. Dengan sedikit siraman ‘air garam’ nasihat di atas tubuh kita. Jikalau di dalam tubuh kita ada luka maka akan terasa perih dan sakit, kalau tubuh ini lelah, maka siraman ‘air garam’ tausyiah ini justru menyegarkan.
Saudaraku, memang begitulah manusia. Kita butuh siraman-siraman yang menyegarkan. Saat menghadapi berbagai masalah, kita butuh oase penyegar jiwa. Sentuhan yang membangkitkan dan nasihat yang menggugah. Begitupun dalam dakwah ini. Kita butuh pengingat agar tetap istiqamah.
“ Fadzakkir, fainna dzikra tanfa’ul mu’minin... Berilah peringatan, karena peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.
Dan akhirnya beginilah kemudian kita memahami mengapa para sahabat Rasulullah selalu menyerukan “ Hayya najlis ma’anaa nu’minuu saa-atan”. Mengapa majelis-majelis ini begitu dirindukan mereka. Karena disini, dari majelis ini peradaban itu dibangun. Karena disini, dari majelis ini kita menyusun kembali gagasan-gagasan besar kita untuk membangun kejayaan Islam. Menjadikan Islam sebagai Ustadzun Alamiyah. Hingga nanti Allah memenuhi janji-Nya untuk memenangkan dakwah ini.
Wallahu a’lam
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar